Minggu, 04 Maret 2012

Chapter 1 : The secret of the Diary

NB: cerita ini adalah fiksi, bukan nyata


Ini bukan cerita tentang seorang presiden, atau super hero, bukan juga soal dukun, atau politikus. bukan tentang negarawan, atau pengangguran. ini cerita tentang aku dan kebosananku yang sudah terpisahkan oleh sebuah buku dan sesosok arwah.


Dulu, aku adalah seorang anak biasa. Seperti kebanyakan orang, aku berangkat sekolah, mengerjakan seluruh tugas, mendapat nilai, dan pulang ke rumah. Bahkan, SMA-ku yang mendapat gelar "international school" pun kuanggap biasa. Dulu kupikir dunia ini indah. Tapi sekarang, melihat dunia yang dipenuhi manusia egois dan semaunya, membuatku muak.


Namaku adalah Ruin. Aku memiliki keluarga yang dimata orang merupakan keluarga milionare. Memang tak salah pandangan itu, mengingat ayahku yang menguasai setengah saham di wall street (bursa saham terbesar di dunia) dan ibuku yang merupakan keturunan salah satu pemilik perusahaan minyak terbesar dibumi. Meski ayah dan ibu sangat menyayangiku, tak pernah bertengkar, dan selalu ada untukku tetap saja aku merasa bosan.


Aku ingin melakukan hal yang luar biasa, aku ingin merasakan hidup!


Semua berjalan seperti biasanya, sampai aku menemukan sebuah diari tua.
ya, semua ini berawal saat aku pergi ke toko barang antik yang ada di pusat kota. Aku ingin membeli hadiah ulang tahun untuk kakek-ku, yaitu jam yang (konon) pernah dipakai Hitler di perang dunia ke-2. Kakek memang sangat menyukai barang antik, dan kupikir ini adalah hadiah yang cocok untukknya.


Aku tak perlu waktu lama untuk mencari jam itu. Mudah saja, karena jam selangka itu pasti disimpan di tempat yang paling bagus, dan terlindung di toko itu. Untuk mendapatkan jam itu ternyata tak semudah mencarinya, kau bukan hanya harus membayarnya, tapi juga harus menunggu si pemilik toko membereskan surat-surat tentang pemindahan kepemilikan jam itu. Merepotkan.


Daripada bosan, kuputuskan untuk melihat-lihat toko. Well, sebenarnya tak ada hal yang menarik dari toko itu. Semuanya sudah tua, buku yang kuning, barang-barang aneh, sarang laba-laba, dan hal tua lainnya. Tapi ada satu hal yang menarik perhatianku. Sebuah buku yang tidak memiliki tulisan apapun di covernya. Kuambil buku itu, judulnya "Diary".


Just it?  judulnya hanya diary? Apa penullisnya tak punya ide membuat buku yang lebih bagus? tanyaku dalam hati. Kubuka halaman buku itu. kosong. tak ada apapun.
Yah, mungkin ini memang hanya sebuah diary. Tapi entah mengapa, hatiku tertarik. tanpa sadar kubawa buku itu menuju kasir, dan membelinya.


Setiba dirumah, aku melihat diari itu dengan bingung.
Dasar bodoh! kenapa kau membelinya? kau kan tahu kalau kau tak suka menulis!! kata suara hatiku. Aku menatap diary itu, menyesal. Kubuka halamannya satu demi satu, tak ada yang menarik. Tapi, di halaman terakhir, ada kata-kata seperti mantera. kulihat tulisan itu baik-baik.


"Sandi navajo"


Kaget! aku tersentak dan langsung melihat sekeliling. tak ada siapapun. merinding, mencoba menenangkan diri. mungkin salah dengar. Kembali ku lihat buku itu.


Ya, kata-kata itu memang mirip sebuah sandi. Tapi sandi Navajo? sandi yang tak bisa dipecahkan oleh siapapun dari perang dunia hingga sekarang, yang menjadi salah satu penentu kemenangan Amerika atas jepang? Sandi yang katanya hanya diketahui oleh 29 orang suku Navajo? dan semua suku itu (menurut rumor) dibantai habis oleh tentara Amerika setelah perang demi merahasiakan sandinya? Mustahil!


Tapi entah mengapa, sandi itu seperti bergerak di otakku. Aku melihatnya kembali, dan tanpa sadar membacanya
"Ketika dunia bosan, kami menjadi penggembira, ketika dunia bedarah, kami menjadi Grenzdrachenbaum* dan ketika dunia lapar, kami menjadi tumbal"


Tiba-tiba, buku itu terangkat, bersinar sangat terang, dan melayang di tengah kamar. Aku menjerit, meminta pertolongan. Tapi suaraku tak mau keluar. Kurai tongkat baseball di dekat meja, bersiap menghadapi segala kemungkinan.


'POOF!!'


Aku tak percaya mata kepalaku sendiri! Oh tuhan! Apa ini mimpi!
Seorang wanita berbaju aneh muncul dari buku. Wanita ini cantik, meski kulitnya kehitaman dia bersinar, dan.....melayang! ya! MELAYANG!


"Ayolah, kau tak perlu kaget seperti itu. Bukankah kau yang sudah memanggilku?" tanya wanita itu
"Si...Siapa kau?" teriakku
"Namaku Aase*. Aku adalah salah satu arwah Indian Navajo kemah Utara yang tewas dibunuh pada perang dunia lalu. Jiwaku terkurung dalam buku ini sampai ada seseorang yang bisa membantuku mengisi buku ini sampai penuh"
"Aku tak bertanya soal itu! Pergi dari rumahku!!"
"Tak bisa."
"Apa?"
"Ketika kau membaca kode barusan, kau sudah mengikat perjanjian denganku. Kau harus membantuku pulang atau aku akan menghantuimu selamanya."  
"APA?" aku histeris. Panik.
"Kau tak perlu panik, kau hanya perlu mengisi buku itu sampai penuh."


Aku tak bisa berpikir lagi. Kuambil pulpen, dan mencoba menulis di buku itu. Tapi tak berhasil. Tak ada satu goresan pun. Kucoba menggunakan spidol, pensil, bahkan cat air. Nihil. Tak ada yang berhasil.


"Kau tak akan bisa menulisnya" jawab arwah itu tenang.
Aku melotot."Apa maksudmu?"
"Cara mengisi buku itu bukanlah menulisnya, tapi kembali ke masa lalu dan membiarkan orang lain menampilkan isi hatinya dibuku itu."
"Aku tak mengerti."
"Ya, memang lebih mudah mempraktekannya langsung." Kata Aase sambil memegang tanganku. 
"HUAAAAAA!!!!" jeritku.


Tiba-tiba kami seperti terisap ke lorong waktu. Aku tak bisa melihat kamarku lagi. yang kulihat hanya lorong hitam yang gelap.


========================================================================
*Grenzdrachenbaum : bahasa asing untuk tanaman andong, tanaman yang berkhasiat menghentikan pendarahan
*Aase : Bahasa Indian, berarti gunung yang tertutup pohon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar